Bagi masyarakat di perkotaan maupun yang tinggal di sekitar jalan raya pasti sudah akrab dengan aktivitas berjalan kaki di trotoar. Baik itu ketika akan menuju ke halte bus, minimarket, tempat kerja, ataupun ke suatu tempat lainnya. Hal ini berlaku juga jika anda bepergian ke daerah lain, beberapa orang merasa bahwa jika ingin benar-benar merasakan suasana kota yang dikunjungi. Atau ingin lebih dekat dengan masyarakat setempat, maupun ingin melihat hal-hal terkecil pun maka akan lebih afdol menikmati perjalanan dengan berjalan kaki.
Namun, hingga saat ini sarana prasarana trotoar di Indonesia masih saja kurang optimal. Banyak permasalahan yang mengakibatkan terganggunya hak-hak para pejalan kaki. Seperti yang disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat yang merebut dan mengalihfungsikan area trotoar menjadi tempat berjualan hingga parkir liar. Atau malah dari pemerintah daerah sendiri yang belum memenuhi standar kriteria trotoar ideal dalam pembangunannya? Apapun itu yang pasti trotoar yang baik adalah trotoar yang dibangun dan difungsikan secara semestinya. Sehingga memenuhi kriteria-kriteria yang telah termuat di dalam peraturan perundang-undangan. Nah, berikut beberapa ciri kriteria trotoar ideal:
Memiliki ukuran/ dimensi yang tepat
Trotoar dibangun pada sisi luar bahu jalan dengan lebar menyesuaikan asumsi kepadatan pelintas. Atau minimal cukup untuk dua orang berpapasan secara leluasa. Sedangkan tingginya terbilang cukup rendah, yaitu hanya sekitar 10 sampai 15 cm saja. Meski desain yang rendah ini seringkali malah menjadikannya mudah diterobos oleh kendaraan bermotor. Namun tetap saja hal ini demi kenyamanan para pejalan kaki. Terlebih memudahkan lansia dan anak-anak pada saat naik atau turun trotoar. Sebagai solusinya, bollard/ tiang pembatas jalan bisa dipasang untuk mengamankan area trotoar dari oknum-oknum yang tidak memiliki hak melewati trotoar.
Dibangun di lokasi strategis
Lokasi pembangunan trotoar menjadi salah satu kriteria trotoar ideal selanjutnya. Trotoar ada baiknya dibangun pada kawasan yang berpotensi menimbulkan pejalan kaki. Seperti sekitar sekolah, tempat pemberhentian transportasi umum, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
Trotoar harus memiliki ruang bebas
Area trotoar haruslah bebas dari gangguan. Pemerintah daerah sudah saatnya harus bertindak tegas terhadap PKL (pedagang kaki lima), parkir liar, hingga pengendara motor yang menggunakan jalur trotoar. Selain itu, trotoar juga harus terhindar dari penghalang, seperti adanya pohon melintang, penempatan tiang lampu yang kurang tepat, dan sebagainya.
Ramah disabilitas
Untuk mewujudkan cita-cita sebagai kawasan yang ramah disabilitas, penyandang difabel perlu mendapatkan perhatian lebih dalam kemudahan mengakses fasilitas umum termasuk trotoar. Maka dari itu selain harus dibangun dengan permukaan yang kasar agar tidak membahayakan para penyandang disabilitas seperti misalnya terpeleset karena licin, selip, dll. Trotoar juga harus dipasangi guiding block/ jalur pemandu sebagai jalur khusus yang mempermudah disabilitas khususnya penyandang tuna netra untuk mencapai tujuannya.
Adanya komponen pendukung yang memadai
Sebagai penunjang kenyamanan dan keamanan berjalan kaki. Trotoar juga harus dilengkapi dengan fasilitas lain seperti lampu penerangan untuk meminimalisir tindak kejahatan di malam hari. Kemudian bisa juga dengan menempatkan kursi pedestrian sebagai tempat beristirahat sejenak bagi para pejalan kaki. Tiang penunjuk arah jalan untuk memudahkan pejalan kaki dan pengguna trotoar dalam navigasi/ menentukan arah beserta plang nama jalan sebagai identifikator kawasan/ trotoar. Hingga menanam tanaman/ pepohonan tertentu untuk membuat area trotoar lebih teduh.
Itulah beberapa kriteria trotoar ideal yang harus dipenuhi agar tercipta area trotoar yang benar-benar memanjakan para pejalan kaki. Tidak bisa dipungkiri, bahwa baik buruknya penataan trotoar bisa dijadikan indikator kemajuan sebuah kota. Maka tak heran, kini banyak pemerintah daerah yang seakan berlomba-lomba untuk menata kembali area trotoar sebagai salah satu upaya menjadi kota yang ramah baik itu bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan luar daerah.
Bagikan